This Is The Best !

 Title: This is The Best!

Author: @Wenz_Li

Genre: Romance Thriller(?)

Rating: PG – 15

Cast:

–          Me

–          Kim Kibum

Length: Oneshot [2838 words]

NB: Harap dimaklum kalau ceritanya ga jelas, amburadul dan banyak kata-kata tidak sopan dan sebagainya. Kalo ada kesamaan cerita dan sebagainya diluar kendali author. Soalnya ini berjalan sesuai otak saja. Mianhae~ *bowbow*

Happy reading dan Jangan Lupa Like dan Comment-nya 🙂

Apa kau tau rasanya disakiti? Rasanya terluka? Rasanya dicampakan? Apa kau tau, Kim Kibum-ssi?

Aku ingat kali pertama kau tersenyum padaku, saat kau bilang kau mencintaiku, ingin memiliku dan selalu bersamaku. Kau tau, saat itu adalah hari paling bahagia dalam hidupku.

Kau menghabisakan waktumu selalu bersamaku. 8 bulan sudah kita lewati bersama dan sekarang kau mencampakanku. Hanya satu kata ‘PUTUS’ yang kau lontarkan padaku dan semuanya berakhir. Kau menghilang, tak ada kabar, tak ada pesan dan kau sudah benar-benar menjauh dariku sekarang.

Semudah itu kah kau melupakan aku? Apa aku tak berharga dimatamu? Apa kau tak pernah benar-benar tulus mencintaiku? 8 bulan yang kita lalui bersama berakhir hanya dalam 1 hari. Kau sungguh hebat Kim Kibum-ssi!

Aku tanya padamu, apa kau tau apa rasanya saat kau mengatakan kata itu padaku? Biar kutebak kau tidak tau rasanya bukan? Rasanya sesak, begitu sakit hingga sulit untuk bernafas. Rasanya dunia hancur dan berakhir semua kehidupanku.

Kau yang membuatku terbang dan kau juga yang membuatku terjatuh. Dengan mudah kau bilang ini yang terbaik untuk kita. Benarkah? Apa menurutmu ini yang terbaik? Bagiku tidak, tak akan ada kata yang terbaik dari sebuah perpisahan. Tapi jika kau tetap pada pendirianmu kalau ini yang terbaik, maka akan ku buat sesuai permintaanmu, semua ini akan menjadi yang terbaik. Apa kau mendengar perkataanku Kim Kibum-ssi, ini akan menjadi YANG TERBAIK!

Aku masih ditempatku berdiri dan terus menatapmu yang berjalan menjauhiku, tak sekalipun kau menoleh kebelakang untuk melihatku lagi. Apa kau benar-benar memutuskan untuk mengakhiri semua ini begitu saja?

Rasa benci, sakit hati dan amarah, semua campur menjadi satu dalam hatiku. Kau adalah lelaki pertama yang membuatku merasakan semua itu, Kim Kibum-ssi!

Aku ingat kata terakhir yang kau katakan padaku sebelum akhirnya semua ini terjadi,

“Meski kita sudah berpisah, aku akan tetap menyayangimu. Jadi jangan pernah hapus rasa sayangmu padaku.”

Kau tau, dengan kau mengatakan itu, kau sudah memberikan satu harapan padaku. Sebuah harapan kalau kita akan tetap bersama meski kita sudah berpisah. Kau juga pernah berkata,

“Apa aku masih boleh menghubungimu meski kita sudah berpisah?”

Ofcourse. Aku akan senang hati menyambutmu jika kau benar-benar menghubungiku. Tapi apa? Pada kenyataannya… tidak lebih dari 24 jam kau sudah melupakanku. Kau tak mengingatku lagi!

Semua yang kau katakan kemarin itu hanya BOHONG Kim Kibum-ssi!

Aku bisa bertahan dengan semua kebohonganmu, aku bisa bertahan hanya dengan melihat sosokmu dari jauh, aku juga masih bisa bertahan jika kau begitu sibuk dengan semua aktifitasmu, tapi aku benar-benar tak bisa bertahan jika kau kembali melihat sosoknya -wanita yang pernah ada dihatimu dulu- dan begitu cepat melupakan aku.

Aku tidak akan pernah rela kalau sosokku begitu mudah kau lupakan. Aku tidak akan pernah rela kalau posisiku digantikan olehnya. Aku tidak pernah rela kau menghilang dariku dan berlari kesisinya. Aku tidak akan pernah rela, Kim Kibum-ssi.

Kalau kau tidak bisa menjadi milikku lagi, maka siapapun tidak akan bisa mendapatkanmu juga!

Kau tertawa disana bersamanya. Sedangkan aku hanya dengan bodohnya menangisi sosokmu yang tak bisa kuraih kembali.

“Dia wanitaku.” Ucapmu bangga pada seluruh dunia saat memperkenalkannya.

Hanya dalam sehari kau kembali bersamanya dan menghapus memorimu tentangku. Apa yang harus aku katakan padamu? Kau memang sangat hebat Kim Kibum!

Aku bahkan tak bisa menghapus memori tentang mu berhari-hari. Aku tak bisa melupakan sosokmu. Tapi kau dengan sangat mudah tertawa bersamanya. Sekali lagi kuucapkan, kau memang sangat hebat Kim Kibum!

Sudah terlalu banyak air mata yang kuberikan untukmu dan sebanyak itu pula rasa sayangku padamu berubah menjadi kebencian yang mendalam.

Sekarang aku mulai membencimu Kim Kibum! Membenci kau pernah mencintaiku, membenci kau pernah ada dihatiku dan membenci segala tentangmu.

Mulai sekarang aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan pernah membuatmu tersenyum lagi pada orang lain! Aku tidak akan rela kalau kau bahagia dan aku menderita! Akan kubuat dirimu sama menderitanya denganku!

Kueratkan genggaman tanganku pada benda kecil dengan salah satu sisi tajam yang kugesekan pada dinding-dinding koridor hingga menimbulkan suara decitan.

Wanita itu masih duduk disana, dia sedang menunggumu datang Kim Kibum. Aku sangat benci dengan pemandangan ini, wanita yang seharusnya duduk disana adalah aku, bukan dirinya.

Aku berjalan semakin mendekatinya. Dia menoleh padaku dan semburat kaget terlihat diwajahnya, tapi tak lama ia ganti dengan senyumnya –busuk.

“Oh, kau kemari, apa kau menunggu Key juga?”

Aku diam dan tak menghiraukan ucapannya, beberapa detik kemudian- “Agasshi, apa kau tau rasanya menunggu?” tanyaku dengan menarik salah satu ujung bibir menatapnya sinis.

“Hm, rasanya menyenangkan. Meski lama, asalkan dia datang, aku pasti tersenyum.”

Aku berdecak mendengar jawaban bullshit-nya itu. Dia tetap tersenyum.

“Menunggu itu menyenangkan?” ucapku mengulangi perkataannya. Dia hanya mengangguk dan tersenyum lagi tanpa melihat kearahku. “Apa kau tidak lelah menunggunya?” tanyaku lagi.

“Tidak, aku tidak akan lelah.” Jawabnya mantap.

Aku kembali berdecak. Kau tidak lelah menunggunya, tapi aku sudah sangat lelah melihat kalian!

“Agasshi, kutanya sekali lagi, apa menunggu itu menyenangkan?”

Dia tetap tersenyum, “Benar, sangat menyenangkan.”

“Geurae. As your wish Agasshi. Menunggu itu menyenangkan dan aku akan membuat itu benar-benar sangat menyenangkan!”

Dengan cepat dia menatapku dan terlihat dari wajahnya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan padaku mendengar ucapanku tadi. Aku tersenyum –penuh arti- padanya.

Tiba-tiba kudekatkan benda yang kupegang kewajahnya. “Bagaimana menurutmu kalau benda ini menggores tepat di matamu, lalu pipimu dan mulutmu?” tanyaku santai sambil memainkan benda kecil yang sedari tadi kupegang erat ditanganku dan menggoreskannya pelan di wajah wanita dihadapanku.

“Kau mau apa dengan pisau ini huh!?” teriaknya panic dan mulai ketakutan.

“Apa kau takut Agasshi?” tanyaku sambil tertawa kecil dan sedikit berdecak kesal.

“Jauhkan benda itu dariku! Jangan main-main dengan benda itu!” dia menepis tanganku menjauhi wajahnya. Aku hanya bisa tertawa lagi.

“Jangan main-main dengan benda ini katamu? Seharusnya kau yang jangan bermain-main denganku Agasshi!” kunaikan nada bicaraku membentaknya.

Aku menarik rambutnya paksa dengan tangan kiriku dan tangan kananku yang memegang pisau aku kugoreskan pada kulit-kulit diwajahnya.

“Menunggu itu tentu sangat menyenangkan!”

Kutekan mata pisau itu pada kulit dipipinya dan menggoresnya perlahan kebawah, “Apalagi jika menunggu sambil bermain seperti ini.” Aku tertawa kecil. Ia meronta dan menjerit dan tanpa aku kira, dia mendorong tubuhku menjauh darinya, hingga aku jatuh tersungkur ke lantai.

Aku tertawa kecil. “Perlawananmu lumayan juga, Agasshi.”

Aku melihatnya dengan tatapan benci. Ia berlari menjauhiku dan berteriak minta tolong.

Lagi-lagi aku hanya tertawa. Disini begitu sepi dan tak akan ada orang yang mendengar teriakanmu sekalipun kau berteriak hingga pita suaramu pecah Agasshi.

Aku mengejarnya yang berlari menjauhiku dan begitu jarak kami tidak terlalu jauh, aku menarik rambutnya yang tergerai kebelakang. Ia jatuh terseret karenaku. Aku mendendang perutnya sekali. Ia berteriak. Aku menendangnya lagi dan ia kembali berteriak. Kulakukan itu berkali-kali sambil menyumpahi dirinya dengan kata-kata kotor.

Bosan hanya mendendang perutnya aku berjongkok didepan tubuhnya dan menarik rambutnya lalu membenturkannya ke lantai beberapa kali hingga cairan merah pekat keluar. Aku tertawa.

Aku sangat benci dengan wajah wanita dihadapanku kini. Kutampar wajahnya beberapa kali hingga pipinya memerah. Wanita itu meronta-ronta dan berusaha menjaukan tubuhku. Tangannya berusaha mendorong kembali tubuhku. Tapi—

“Tidak Agasshi, kau tidak bisa menjauhkan tubuhku untuk kedua kalinya. Tanganmu terlalu mengganggu, akan lebih baik jika tanganmu tak ada saja.”

Dengan kasar aku menancapkan pisau yang kupegang di pergelangan tangan kanannya dan menariknya kembali lalu menancapkannya lagi. Berulang kali kulakukan hal yang sama hingga tangannya tak bergerak lagi. Begitupun dengan tangan kirinya, kulalukan hal yang sama padanya.

“Ku-mohon, hen- henti-kaaan.” Dengan suara lemah ia memohon padaku. Tidak semudah itu kau bisa memohon padaku setelah kau mengambil posisiku dihatinya. Tidak akan kuhentikan sebelum aku puas denganmu, Agasshi.

Aku kembali memaikan pisau ditanganku di wajah busuknya. Dari dahi, turun ke pelipis mata, pipi lalu bibirnya.

Aku menatap bibirnya lekat.

“Kau pasti pernah berciuman dengan Kim Kibum, kan?” tanyaku sedikit kesal sambil terus melihat bibirnya penuh amarah. Dia tidak menjawab.

“Dasar wanita jalang!” dengan penuh perasaan emosi aku menancapkan mata pisauku kedalam mulutnya. Ia berteriak tertahan. Kutarik mata pisauku yang menancap dimulutnya tadi dan kini mulai menyobek bibirnya paksa hingga bibirnya terlihat sobek begitu panjang dan tentu saja, cairan merah pekat semakin banyak membanjiri wajah busuknya.

“Apa kau masih bisa berteriak sekarang?” tanyaku enteng. Dia diam dan air mata mengalir dari sudut matanya.

“Apa sekarang kau menangis Agasshi? Tangisanmu itu takkan sebanding dengan tangisan yang sudah aku keluarkan karenamu. Jadi tak perlu menangis dihadapanku!” aku menancapkan mata pisauku pada matanya bergantian dengan cepat dan asal hingga bola matanya hancur.

Kini tubuhnya tak bergerak. Mungkin ia sudah berhenti bernafas? Membosankan. Apa hanya begini saja? Aku masih belum puas jika hanya begini Agasshi.

Kutarik kemeja yang ia kenakan hingga robek dibagian dadanya. Aku tertawa kecil.

“Kulitmu indah Agasshi, jadi akan kubuat semakin indah dengan sentuhan tanganku.”

Aku meletakkan mata pisauku di dadanya dan mengukir beberapa gambar indah untuk mempercantik tubuhnya. Cairan-cairan merah mulai mengalir dan memperindah gambar yang kubuat.

Aku menghentikan sejenak aktifitasku dan menatap ulang gambar yang sudah kuukir di dadanya.

“Hm, kurasa gambarku tidak terlalu bagus, lebih baik dihapus saja, eotteh?” tanyaku pada tubuh wanita yang kini sudah terkapar tak bernyawa.

“Kau tidak menjawab, aku anggap jawabannya iya!” Aku menancapkan pisauku di dadanya acak dan menghapus semua gambar yang kubuat hingga dadanya benar-benar tak berbentuk sekarang.

“Agasshi, kau tau, aku benar-benar membencimu!” ucapku penuh kesal.

Aku berhenti ketika mendengar langkah kaki mulai mendekat kemari. Itu pasti Kim Kibum!

“Sayang, hanya bisa bermain seperti ini saja denganmu.” Aku mencubit pipi wanita itu dan berjalan santai menuju lorong sempit tak jauh dari tempat semula.

“Chagiya!!! Ada apa denganmu???” terdengar teriakan panic Kim Kibum.

Ck, chagiya katanya! Sungguh menjijikan!

Aku menoleh melihat pemandangan dibelakangku. Kibum menangis dan memeluk tubuh wanita itu. Bahkan setelah kau mati pun, kau tetap mendapat perhatian dari Kim Kibum-ku. Kau benar-benar wanita jalang dan hina!

Benci dengan pemandangan dibelakangku, aku berjalan menjauhi mereka. Dingin.

Sebulan berlalu, apa kau masih dalam keadaan berkabung Kim Kibum-ssi?

Aku tertawa kecil melihatmu duduk disana sambil melamun sendirian tentangnya. Sehebat itu kah posisi wanita itu dihatimu? Dalam sebulan kau masih tidak bisa melupakannya, tapi hanya dalam sehari kau bisa melupakanku.

Padahal dia hanya ada dalam kehidupanmu satu minggu dan aku ada dikehidupanmu selama 8 bulan dan kau sudah melupakan aku. Kau sungguh keterlaluan Kim Kibum-ssi!

“Jangan bersedih lagi, ini untukmu.”

Aku berdecak sebal. Wanita lain mendekatimu Kim Kibum. Dia memberikan cokelat kesukaanmu dan kau menerimanya sembari tersenyum. Apa kali ini dia yang akan mengganti posisiku? Kupastikan tidak akan terjadi Kibum-ah!

Aku masih berdiri ditempatku sekarang dan menunggu seseorang yang sudah sepantasnya mati. Dia berjalan mendekatiku dan tidak menatapku, dia hanya melintasiku saja.

“Hey!” panggilku.

Wanita itu menghentikan langkahnya dan menoleh.

“Kau memanggilku?”

Aku tersenyum padanya.

“Apa kau suka coklat Nona?” tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

“Kenapa?” tanyanya balik.

“Kalau kau suka coklat, aku akan memberikannya padamu, apa kau suka?”

“Tidak, coklat itu pahit. Aku tidak suka. Kenapa?”

“Ohh, sayang sekali kau tidak suka coklat.” Sekarang aku berdiri tepat disisinya. “Kau tidak suka coklat, lalu kenapa kau memberikan Kibum coklat?”

“Karena coklat kesukaannya, jadi aku berikan itu padanya.”

“Hm, kalau begitu aku suka darah. Apa kau akan memberikanku darah huh?” tanyaku sambil menyeringai kecil padanya.

“Apa maksudmu? Kau gila!” dia mundur menjauhiku.

“Aku tidak gila, aku hanya ingin darahmu Nona!”

“Menyingkir dariku. Kau menakutiku!” dia berjalan menjauhiku.

“Hey Noona! Tidak ada yang bisa menolak permintaanku! Apa kau dengar!” aku berjalan mengikutinya.

Dia terlihat takut dan mempercepat langkahnya. Ck, kau hanya berjalan cepat saja, kalau begitu kau akan sangat mudah kutangkap!

Aku berlari dan begitu dekat kutarik kerah belakangnya. Ia berteriak. “Ya! Apa yang ingin kau lakukan huh!”

“Aku hanya ingin darahmu, Nona!” teriakku kesal. Wanita ini sudah membuatku berbicara terlalu banyak! Aku tak suka wanita yang cerewet dan banyak tanya.

Kutarik kencang kerahnya dan melemparnya ketanah.

“Ya! Kau-” belum sempat wanita itu menyelesaikan kata-katanya, kakiku sudah kudaratkan tepat diatas wajahnya dan menginjaknya penuh nafsu.

“Kau menyebalkan!” umpatku.

Kutendang kepalanya setelah puas menginjak-injak wajanya. Dia tak bergerak. Sebenarnya aku malas bermain dengannya hari ini, tapi apa daya, cairan merah pekat yang kuinginkan belum keluar dari wajahnya. Sungguh menyebalkan.

Aku memandang sekitar dan kulihat sebuah batu yang cukup besar. Mungkin itu akan membantuku.

Aku berjalan mendekati batu itu dan membawanya meskipun cukup berat. Kulihat wanita itu masih tergeletak di tanah, mungkin dia pingsan.

Kulempar batu itu tanpa perasaan tepat mengenai kepalanya dan—

Crooooooot~

Cairan merah pekat yang dikenal dengan nama darah pun muncrat kemana-mana. Aku tertawa terbahak-bahak. Ini bahkan sangat mudah dan tidak mengotori tanganku sedikitpun.

Aku meninggalkannya yang sudah kupastikan MATI! Hahaha.

Aku duduk dan memandang sekitar, begitu sepi disini. Hanya pepohonan rindang, kicauan burung, satu bangku kecil dan aku sendiri disini. Ini adalah tempat pertamaku bertemu dan menjalin cinta denganmu, Kibum. Apa kau masih ingat tempat ini?

Aku sudah berjalan sejauh ini meninggalkanmu dan menjadikan rasa sayangku sebagai rasa benci padamu. Aku bahkan membunuh wanita-wanita disisimu. Apa kau menyadarinya, Kibum-ah? Kau pasti akan menganggapku gila, tidak apa-apa, karena sekalipun aku gila, aku tak akan pernah menyesal telah membunuh mereka semua.

Aku menghirup udara dalam-dalam dan menutup kedua mataku. Disini begitu nyaman…

“Ka-kau–”

Aku membuka mataku saat menyadari keberadaan seseorang. Kau datang, Kim Kibum.

“Ternyata kau masih kemari juga?” tanyaku enteng sambil tersenyum saat melihat wajahmu. Kau tidak memperdulikan pertanyaanku dan berbalik hendak meninggalkanku.

“Apa semudah itu?” teriakku dan kau menghentikan langkahmu.

“Apa semudah itu kau melupakanku?” lanjutku. “8 bulan bersama dan 1 hari kau sudah melupakan semuanya? Apa aku tidak berharga, Kim Kibum-ssi?”

Kau tetap tak memperdulikan semua pertanyaanku, bahkan sekedar menoleh padaku pun tidak. Kau hendak berjalan kembali meninggalkan aku. Tapi–

“Aku,” teriakku cepat, “Aku membencimu, Kim Kibum-ssi!”

Akhirnya kau menoleh kebelakang dan tersenyum padaku.

“Baguslah kalau kau membenciku. Itu yang terbaik.” Ucapmu dengan entengnya dan kembali melanjutkan langkahmu meninggalkan aku.

Itu yang terbaik ucapmu! Kau selalu mengatakan semua adalah yang terbaik. Sampai saat ini, aku merasa semuanya bukan yang terbaik, Kim Kibum-ssi.

Bulir-bulir yang sangat aku bencipun tak kuasa kubendung. Yeah~ aku menangis sekarang, menangisi dirinya lagi.

Kisahku tidak boleh bearkhir seperti ini. Aku pernah bilang bukan, kalau aku tidak bisa memilikimu lagi, maka wanita manapun tak akan bisa memilikimu juga. Jadi…

Aku berlari mengejar langkahnya dan–

“Jangan lupakan aku, kumohon…” aku memeluknya dan menangis di punggungnya.

“Hentikan.”

“Kumohon, Key-ah… aku tak bisa seperti ini.”

Bodoh. Sudah jelas kalau kau menolakku, tapi aku masih memohonmu kembali seperti ini.

Bukankah aku membencimu? Tidak! Setiap detik rasa benciku padamu adalah detik-detik rasa sayangku semakin bertambah. Dan aku sangan membenci ini. Aku terlalu menyayangimu sekarang!

“Kubilang hentikan.”

Kau melepaskan tanganku yang melingkar dipinggangmu.

“Kita sudah berakhir, jadi jangan kembali lagi.” lanjutmu dingin.

“Tidak bisa seperti ini!” teriakku kencang. “Kalau aku tidak bisa memilikimu maka siapapun tak bisa memilikimu juga!”

“Aku–”

Jleb!

Dalam beberapa detik, mata pisau yang ada disaku rok ku tepat menancap diperutmu. Kau hanya terdiam melihat sikapku padamu.

“Kau tau Key-ah, kedua wanita itu aku yang membunuhnya. Karena apa? Karena aku tak mau kau dekat dengan mereka! Kali ini pun sama…” aku menarik mata pisau dari perutmu. Kau meringis kesakitan. “Lebih baik kau mati dari pada aku melihatmu bersama wanita lain dan meninggalkanku!”

“Bunuhlah aku…” ucapmu sambil menahan rasa sakitmu. “Bunuhlah aku kalau itu yang terbaik…”

Aku terlonjat kaget mendengarnya. “Kau selalu mengatakan ‘kalau itu yang terbaik’! Sebenarnya bagaimana yang terbaik itu huh! Ini itu, ini itu, semua selalu kau anggap sebagai yang terbaik, Kim Kibum-ssi!”

Air mataku kembali mengalir, aku sungguh membenci ini!

“Aku membencimu, Kim Kibum!” kutusukan kembali pisau yang ku genggam ke perutmu. Kau kembali meringis kesakitan.

“Aku selalu menyayangimu. Tak pernah ada rasa benci sedikitpun padamu. Maaf untuk semua ini, kau pasti sangat membenciku bukan? Tapi sungguh, ini semua bukan kemauanku, tapi ibu-mu… ibu-mu tidak pernah merestuiku bersamamu, dia menyuruhku meninggalkanmu. Jadi sebelum semuanya semakin sulit, kuputuskan untuk meninggalkamu. Tapi tak kusangka, kau bisa bertindak sejauh ini… jeongmal mianhae…”

Aku hanya terdiam dan membiarkan tubuhmu terjatuh keatas tanah. Semua karena eomma…

“Aku tak akan menyesal kalau hari ini aku mati ditanganmu. Tapi kumohon, jangan bunuh siapapun lagi karena aku. Rasa cinta dan sayangku hanya padamu, aku bersumpah… jangan lagi membunuh siapapun… kumohon padamu…”

Setelah menyelesaikan semua perkataanmu, kau akhirnya menutup mata. Kau meninggalkan aku untuk selamanya, Kim Kibum-ssi!

Jadi semua ini karena eomma? Karena eomma-ku yang tak pernah merestui hubungan kita? Lalu bagaimana sekarang? Kau sudah meninggalkan aku, apa aku perlu membunuh eomma-ku sendiri? Jelas tidak mungkin, Kim Kibum-ssi. Kalau sudah begini, mungkin ini yang terbaik, bukankah kau selalu berkata begitu Kim Kibum-ssi.

Aku menggoreskan pisau yang berlumuran darah Key ke pergelangan tanganku. Darah segar mengalir. Aku tersenyum…

Ini adalah yang terbaik, Kim Kibum-ah…

This is the best…

— THE END —

Eotteh, eotteh? Gimana ceritanya? Amburadul kan? Pasti ga ada yang ngerti jalan cerita ini kan? Mian kalo banyak typo-nya.

Mian juga ya kalo author buat ceritanya yang bunuh-bunuhan gini, cz author-nya lagi kesel banget-banget-banget nih sama someone, rasanya mau ngebunuh aja deh *kalo berani* 😛

Ini hanya FF plampiasan aja, jangan dianggap aku psikopat ya? Lagipula kalo aku psikopat, pasti psikopat abal-abal, cz FF-nya juga abal-abal gini. Wokokokokok~ XD

Sok atuh ah, di LIKE dan COMMENT *bagi yang suka* Hhehe^^

3 komentar di “This Is The Best !

  1. Kerenn!!! thor aku suka ceritanya ya ampunn baru juga baca beberapa FFmu tapi aku udah suka banget sama semuanya!!!! You are the best thor!!!!!

Tinggalkan komentar