The Boys Next Door [Part – 1]

The Boys Next Door ver2.psd

PART – 1

Title: The Boys Next Door

Author: wenzli (follow me: @Wenz_Li)

Genre: Teen Romance, School Life

Rating: G

Length: Series

Main Casts:

  • Kang Jiyoung
  • Choi Minho
  • Lee Taemin

Summary: Kang Jiyoung hanya tinggal seorang diri dan hidupnya selalu sama dari hari ke hari, tidak ada yang special. Hingga dua orang pria tampan seusianya tinggal disebelah rumahnya –Choi Minho dan Lee Taemin- dan kehadiran kedua orang itu memberi warna berbeda dan merubah kehidupan Kang Jiyoung.

–=-=-=–

Jiyoung mengayuh sepeda kumbangnya dengan kecepatan sedang mengitari kawasan elite perumahan Gangnam. Beberapa kotak susu dan gulungan koran masih terlihat dalam ranjang sepeda Jiyoung. Dari rumah ke rumah Jiyoung memarkirkan sepedanya dan menyimpan sebuah kotak susu dan gulungan Koran yang ada didalam ranjang. Jiyoung kembali mengayuh sepedanya santai hingga ia sedikit melirik pada jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

“Mwoya? 08.00?” mata Jiyoung membulat sempura saat menyadari angka yang ditunjuk oleh dua jarum jam. “Aigo~ aku bisa terlambat!!!”

Setelah kotakan susu dan gulungan Koran terakhir selesai Jiyoung antar, ia mempercepat laju sepeda kumbangnya, membuat angin yang berhembus berlawanan arah menerpa rambut pirang sebahunya dan seragam sekolahnya.

Beruntung sesampainya didepan gerbang sekolah –yang berjarak tidak terlalu jauh dari kawasan Gangnam- masih terbuka.

Jiyoung melirik jam tangannya, 08.15. Tepat sekali. Girangnya. Karena batas toleransi gerbang sekolah ditutup adalah 15 menit dari jam masuk utama.

Jiyoung memarkirkan sepedanya dideretan tempat parkir dan bergegas berlari menuju kelasnya, kelas 2-3, yang berada dilantai dua gedung.

–=-=-=–

Annyeonghaseyo, Lee Taemin imnida. Bagapsemnida.” Taemin –namja berambut pirang- membungkukkan badannya sopan didepan kelas.

Semua anak dalam kelas itu terkagum-kagum memandangi Taemin yang memiliki wajah ‘sangat’ sempurna untuk ukuran namja di Korea. Taemin yang menyadari tatapan kekaguman dari teman-teman kelas barunya hanya memberikan ekspressi datar, tanpa senyum sedikitpun.

“Baiklah, kau boleh duduk di kursi kosong itu, Taemin-ssi.” Jung Songsaengnim mempersilahkan Taemin duduk sambil menunjuk kursi kosong yang berada di deretan kedua dari kursi paling belakang di ujung kelas. Taemin mengangguk dan tanpa berkata apapun dia berjalan dengan gaya ‘cool’ menuju kursinya.

“Oke, kita mulai pelajaran kita. Buka buku halaman 65.” Ucap Jung Songsaengnim yang hendak memulai pelajaran matematikanya, hingga seseorang membuka pintu kelas dengan sedikit kasar.

Brak…

Semua mata tertuju pada pintu yang terbuka. Seorang yeoja dengan peluh yang mulai membasahi dahinya terlihat terengah-engah karena kelelahan berlari.

Jeseonghamnida saem. Aku terlambat.” Ucap Jiyoung dengan nafas naik turun tak beraturan sambil membungkukkan kepalanya.

Jung Songsaengnim terlihat melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.20. Tidak terlalu terlambat untuk masuk kedalam jam pelajarannya. Pikir Jung songsaengnim.

“Ini hari pertamamu telat Miss Kang. Masuklah dan jangan ulangi lagi. Arraseo?

Ye, saem. Kamsahamnida.” Jiyoung kembali membungkukkan badannya sekilas sebelum ia masuk kedalam dan berjalan menuju kursinya.

Jiyoung sedikit menaikan sebelah alisnya saat menyadari seorang namja tak dikenal telah duduk di kursi milikknya.

“Hey, ini kursiku!” seru Jiyoung sinis.

Namja bernametag Lee Taemin –si anak baru yang duduk di kursi Jiyoung- sedikit mendelik kearah yeoja itu. Taemin tidak mengatakan apapun dan hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh menanggapi seruan Jiyoung.

Jiyoung berdecak sebal dan ia hendak mengeluarkan kata-katanya lagi pada Taemin andai saja suara Jung songsaengnim yang terdengar sakratis tidak menyerunya.

Miss Kang, kau tidak segera duduk dikursimu!”

Jiyoung melirik kearah Jung songsaengnim yang terlihat hendak marah padanya. Keinginan untuk berdebat memperebutkan kursinya pun hilang. Ia mengurungkan niatnya dan mendesah pasrah sembari akhirnya duduk dikursi kosong dibelakang Taemin –kursi yang terletak di ujung kelas.

“Oke kita mulai pelajarannya.”

Jiyoung kembali mendesah. Ia mengeluarkan buku paket matematika dari dalam tas gendongnya sembari mengerutkan kening dan mengerucutkan bibirnya kesal.

Damn. Ini adalah pertama kalinya seorang Kang Jiyoung kesiangan dan namja yang tidak dikenalnya dengan seenaknya duduk di kursinya yang sudah terbilang ‘hampir’ paling belakang itu. Kini kata ‘hampir’ itu menjadi kenyataan dan Jiyoung terpaksa duduk di kursi paling ujung belakang kelasnya. Kursi yang paling ia benci.

–=-=-=–

Sepanjang pelajaran berlangsung Jiyoung sama sekali tak memperhatikan apa yang sedang guru terangkan di depan kelas. Bagaimana tidak, punggung namja bernama Lee Taemin itu terlalu jangkung dan menghalangi penglihatan Jiyoung yang terbatas, membuatnya mood yeoja itu untuk belajar menghilang dan hanya menggerutu serta mendumel sepanjang jam pelajaran.

Bel jam istirahat berbunyi. Guru sudah keluar dari kelas dan anak-anak lainnya mulai bangkit dari kursinya hendak melangkah keluar menuju kantin. Tidak terkecuali Kang Jiyoung yang buru-buru berdiri sebelum namja yang duduk didepannya juga beranjak keluar.

Jiyoung menggebrak meja Taemin sedikit kasar, membuat namja yang sudah berdiri itu menoleh.

Mianhamnida… Lee-Tae-Min-ssi.” Jiyoung mengeja nametag namja itu. “Ini kursiku, sepertinya kau harus pindah ke kursi belakang.”

Taemin sedikit melirik kursi belakang tempat Jiyoung duduk sebelum ia mulai berdecak dan menarik salah satu sudut bibirnya membuat sebuah smirk, “Kang-Ji-Young-ssi.” Taemin mengeja lambat nametag milik Jiyoung dengan nada sedikit ditekan. “Hari ini kau terlambat dan aku lebih dulu duduk disini. Jadi ini kursi milikku!” seru Taemin dingin, membuat emosi Jiyoung yang sedari tadi ditahan semakin memuncak.

“Ya! Tapi aku sudah duduk disini sejak dulu. Jadi… Jebal, pindahlah ke kursi belakang.” Jiyoung sebisa mungkin menahan emosinya dan tersenyum paksa.

Taemin yang memang sedari tadi tidak berniat menukar kursi tempat duduknya dengan Jiyoung kembali mengeluarkan smirk-nya. “Mianhamnida. Tapi aku tidak mau.”

Taemin berlalu tanpa menunggu reaksi dan ucapan Jiyoung selanjutnya. Namja itu sudah berjalan keluar kelas dengan dingin meninggalkan Jiyoung yang kekesalannya semakin membuncah.

“Ya! Aku belum selesai bicara!” teriak Jiyoung.

“Sudahlah Jiyoungie, tidak usah berdebat dengannya.” Sulli yang sedari tadi mengamati perseteruan antara Jiyoung dan Taemin menasehati.

Jiyoung mengepalkan tangannya kesal. Ada niatan dalam hatinya untuk melemparkan tas Taemin ke meja belakang dan ia duduk di kursinya semula, tapi ia berfikir ulang, mungkin ini bukan cara yang tepat untuk melawan namja dingin dan egois yang tidak mau kalah dari yeoja seperti Taemin. Dan Jiyoung pun mengurungkan niatnya.

Huft…” Jiyoung mengembuskan nafas panjang.

“Ya! Lebih baik kita ke kantin. Kajja, Jiyoung-ah.” Sulli mengamit lengan Jiyoung dan menariknya keluar kelas. Mau tak mau ia hanya mengikuti langkah sahabat baiknya itu –Choi Sulli.

–=-=-=–

Di kantin, Jiyoung dan Sulli yang sedang asyik mengantri mengambil makan siang di kejutkan dengan gerombolan yeoja yang tiba-tiba datang ke kantin dengan menjerit-jerit histeris seperti kesetanan.

Sontak semua mata di dalam kantin –tidak terkecuali Jiyoung dan Sulli- menatap gerombolan yeoja itu dan bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang terjadi.

Terlihat gerombolan yeoja itu mulai sedikit menyingkir kepinggir memberi jalan ditengah-tengah pada dua orang namja tampan yang sedang berjalan.

“Kyaaaaa…. keren sekali…” kembali gerombolan yeoja-yeoja itu berteriak histeris. Ada beberapa yeoja yang hampir terjatuh pingsan saking tidak tahannya menatap dua namja tampan yang sedang berjalan ditengah-tengah mereka.

Jiyoung menyipitkan matanya saat menatap salah satu dari kedua namja yang sedang diteriaki, “Lee Taemin?” gumamnya aneh.

Sulli yang berada disamping Jiyoung terpana kagum, “Daebak. Sepertinya popularitas Choi Lee brother sudah menyebar.” Ucap Sulli tanpa sekalipun mengedipkan matanya.

“Choi Lee brother?” ulang Jiyoung yang tidak tahu apa-apa.

“Hhm…” Sulli menganggukkan kepalanya, “Tadi pagi saat kau kesiangan, ada gossip yang menyebar kalau dua murid baru yang pindah ke sekolah kita adalah Choi Lee brother. Salah satunya itu si Lee Taemin, teman sekelas kita yang tadi berdebat denganmu. Dan satunya lagi, Choi Minho yang jangkung itu. Choi Minho satu tingkat diatas kita. Kudengar mereka teman baik sejak kecil dan bahkan mereka tinggal bersama-sama satu apartement. Aigo jinjja… mereka berdua memang benar-benar tampan. Sungguh.” Jelas Sulli masih dengan tatapan kagum.

Jiyoung yang mendengar semua penjelasan panjang lebar dari Sulli hanya berdecak sebal.

Sampe segitunya banget deh!’ seru Jiyoung dalam hati.

Jiyoung enggan mengakui kalau Choi Lee brother yang kini sedang melintas dihadapan mereka itu tampan. Kenapa? Alasannya sangat simple, bukan karena Jiyoung ‘sok’ jual mahal dan gengsi mengakui, tapi karena Jiyoung sudah kepalang sebal pada kesan pertama yang ditimbulkan oleh Lee Taemin saat mereka bertemu pertama kali di kelas tadi. Lee Taemin sudah tercap ‘jelek’ dimata Jiyoung.

Lalu bagaimana dengan Choi Minho dimata Jiyoung? Ck, siapa peduli pada Choi Minho. Kalau seorang Lee Taemin saja sudah dicap ‘jelek’ olehnya, berarti tidak terkecuali sahabat baiknya itu Choi Minho. Mereka berdua pasti memiliki sifat yang sama. Itulah kira-kira yang ada dipikiran Jiyoung sekarang.

“Ayo makan, Sulli-ya.” Jiyoung sedikit menyenggol sikut Sulli saat sudah giliran mereka mengambil makan siang.

Sulli yang sedari tadi menatap kagum, kembali tersadar, kemudian mengangguk dan beralih mengambil nampan makan siang bersama Jiyoung.

Setelah itu keduanya berjalan menuju tempat duduk di ujung kantin yang terlihat kosong. Saat hendak melangkahkan kakinya, Jiyoung merasakan seseorang menghantam tubuhnya keras, hingga—

Prang…

Jiyoung kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh dengan nampan makan siang yang sedang dipegangnya pun ikut jatuh berserakkan mengotori lantai dan tak terkecuali seragam sekolahnya yang ikut kotor.

Jiyoung mendongakkan kepalanya kesal untuk melihat siapa pelaku yang membuatnya seperti sekarang. Errgh… dan kekesalan Jiyoung semakin memuncak saat tau pelakunya adalah gerombolan yeoja yang sedang mengejar langkah Choi Lee brother.

Tidak satupun dari gerombolan yeoja itu yang membantu Jiyoung untuk berdiri atau sekedar meminta maaf karena telah menyenggol tubuhnya, tapi gerombolan itu malah terkikik menertawakan Jiyoung.

“Hya! Kalian!” Jiyoung berdiri cepat saking kesalnya dan ia mencengkram salah satu kerah seragam yeoja dalam gerombolan itu dan menatapnya garang. “Ini lucu huh?!” Jiyoung berteriak.

Sulli yang menyadari sahabat baiknya sudah tersulut emosi mencoba menenangkan Jiyoung dengan menarik tangan Jiyoung menjauh. Tapis sayang, Kang Jiyoung yang biasanya tidak pernah membuat masalah dan selalu menjadi anak baik seperti kebanyakan yeoja yang selalu diam, kali ini benar-benar tidak bisa menahan emosinya. Jiyoung menepis tangan Sulli dan tidak menghiraukan sahabatnya itu.

“Jadi siapa diantara kalian yang membuatku seperti ini huh?” tanya Jiyoung sinis sambil tetap mencengkram kerah yeoja didepannya dan menatap yeoja lainnya yang terlihat mulai terkejut.

Salah satu yeoja dari gerombolan itu mencibir, “Dasar yeoja norak!”

Jiyoung yang tak sengaja mendengarnya segera mendorong yeoja yang sedari tadi kerahnya ia cengkram dan beralih menatap garang pada yeoja yang mencibirnya.

Mwoya? Kau bilang apa tadi, eoh?” teriak Jiyoung. Ia tidak peduli lagi yeoja yang kini ditatapnya adalah kakak kelasnya ataupun bukan. Siapapun yang semakin membuatnya kesal sekarang, akan berurusan dengannya.

“Jiyoung-ah, sudahlah…” Sulli menarik-narik lengan Jiyoung mencoba menengahi, tapi Jiyoung tetap tidak peduli dan terus berjalan mendekati yeoja yang mencibirnya, hingga tiba-tiba sesosok namja menghalangi langkah Jiyoung.

Jiyoung mendongakkan kepalanya melihat siapa namja yang sudah menghalangi langkahnya. Nametag namja itu bertuliskan Choi Minho. Cih, ternyata adalah salah satu dari Choi Lee brother yang sudah membuat kegaduhan dikantin ini. Jiyoung mendesis semakin kesal.

Salah satu tangan Minho diletakkan di bahu Jiyoung dan tangan lainnya mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya, “Aigo~ tega sekali yang sudah membuat yeoja secantik ini terjatuh.” Minho tersenyum dan kemudian mengusapkan sapu tangannya pada kotoran yang melekat di seragam Jiyoung.

Jiyoung mencoba menepis tangan Minho, tapi tiba-tiba tangan Minho mencengkram lengan Jiyoung erat. “Sepertinya kita harus membersihkan seragammu dulu, Kang Jiyoung-ssi.” Ucap Minho lagi –masih dengan senyumnya- sembari membaca nametag Jiyoung.

Jiyoung meronta berusaha melepaskan cengkraman tangan Minho, tapi sial, kekuatan Minho jauh lebih besar darinya. Minho menarik paksa tubuh Jiyoung menjauhi gerombolan yeoja yang semakin menatapnya sinis dan berjalan keluar kantin.

Setelah cukup jauh dari kantin dan berada di pinggiran taman sekolah, Jiyoung melepaskan cengkraman tangan Minho yang sedikit melonggar. Minho membalikkan tubuhnya dan menatap Jiyoung dibelakangnya yang sedang menatapnya sinis.

Gwenchannayo, Jiyoung-ssi?” tanya Minho. Namja itu mengulurkan sapu tangannya pada Jiyoung. Berharap yeoja itu akan menerimanya.

Ck, tidak usah ‘sok’ perhatian deh!” desis Jiyoung sinis dan memalingkan pandangannya.

Minho menggaruk kepalanya yang tidak gatal, baru kali ini dia melihat dan menghadapi yeoja yang begitu keras kepala seperti ini. Minho tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

“Baru jadi murid baru saja sudah belagu!” umpat Jiyoung lagi. Ia kembali melontarkan pandangan tidak suka pada Minho sebelum kemudian berjalan pergi meninggalkan namja itu.

Tapi tangan Minho dengan cepat menahan lengan Jiyoung. Jiyoung sedikit melirik kebelakang seakan mengatakan –ada-apa-lagi-huh-?!.

Minho meletakkan sapu tangannya pada tangan Jiyoung. “Setidaknya bersihkan seragammu dengan ini, Kang Jiyoung-ssi.” Minho tersenyum manis.

Jiyoung berdecak kesal, kemudian tanpa mengatakan apapun Jiyoung kembali berjalan meninggalkan Minho. Dan ditengah perjalannya menuju kelas, ia melihat Lee Taemin sedang menyandarkan tubuhnya di tembok koridor dengan kedua tangan dilipat di dada dan menatap sinis ke arah Jiyoung.

Jiyoung sudah malas meladeni tatapan sinis yang sedari tadi hampir seluruh orang di sekolahnya –yang mayoritas adalah yeoja—lontarkan padanya. Jiyoung hanya memutar kedua bola matanya dan berpura-pura tidak melihat tatapan Lee Taemin.

–=-=-=–

Jiyoung menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mendesah panjang sesampainya di kelas. Sulli beranjak dari kursinya yang terletak didepan kursi Taemin ke meja Jiyoung.

“Ya! Gwenchanna, Jiyoung-ah?” tanya Sulli dengan tatapan khawatir. Jiyoung hanya tersenyum kecil menjawabnya.

“Ah, kau benar-benar gila Jiyoung-ah. Baru kali ini aku melihatmu seperti ini. Kau pasti sedang datang bulan ya?”

Jiyoung terkikik kecil. Ini memang pertama kalinya bagi Kang Jiyoung bersikap ekstrim seperti sekarang. Biasanya Jiyoung bukan tipe orang yang akan mudah marah karena hal-hal kecil. Tapi entah mengapa sekarang Jiyoung berubah dari yeoja yang terbilang ‘cukup’ pendiam, menjadi yeoja keras kepala yang tidak mau kalah dari siapapun. Hhh… mungkin karena kedatangan si anak baru Lee Taemin di kelasnya, hingga Jiyoung bersikap seperti sekarang.

Jiyoung kembali mendesah, kemudian tersenyum kecil saat menatap Sulli, “Kau benar Sulli-ya, sepertinya sebentar lagi aku akan datang bulan.”

Sulli berdecak, “Kau bisa mendapatkan masalah karena sikapmu tadi!” kemudian mengacak rambut Jiyoung gemas.

Jiyoung menggembungkan pipinya, pura-pura kesal, “Ya, Choi Sulli! Ini jadi berantakan tahu!” Jiyoung menahan tangan Sulli dan kemudian balas mengacak rambut Sulli gemas.

Keduanya pun tertawa bersama-sama. Tapi seketika tawa Jiyoung menghilang saat dilihatnya sosok namja yang mulai dibencinya terlihat memasuki kelas. Si anak baru, Lee Taemin.

Sulli berhenti tertawa dan mengikuti arah pandang Jiyoung. Sulli tahu, Jiyoung mulai kembali menahan emosinya sekarang, tanpa mau ikut campur, Sulli kembali ketempat duduknya dan bersikap pura-pura tidak peduli.

Taemin berjalan dingin menuju tempat duduknya didepan Jiyoung, dan tanpa sengaja mata Taemin dan mata Jiyoung bertemu. Keduanya mengeluarkan tatapan sinis satu sama lain, membuat siapapun yang melihatnya merasakan aura gelap. Tidak ada dari keduanya yang mau mengalah dan memalingkan pandangannya. Keduanya tetap saling menatap sinis sampai Taemin akhirnya sampai didepan mejanya dan duduk membelakangi Jiyoung dengan sedikit menggebrak meja, membuat semua mata di dalam kelas menatap kearah Jiyoung dan Taemin.

Hhh… Jiyoung mendesah panjang. Benar kata Sulli, sepertinya hidupnya akan terkena masalah mulai hari ini. Sial. Padahal sejauh ini Jiyoung selalu bersikap biasa dan menjauhi masalah, tapi kali ini sepertinya hidupnya akan benar-benar berubah.

–=-=-=–

Jiyoung mengayuh sepedanya sepulang sekolah hingga sampai didepan sebuah bangunan sederhana bertingkat 2, itu adalah bangunan tempat tinggalnya.

Jiyoung memarkirkan sepedanya dan berjalan menaiki anak tangga menuju apartement-nya dilantai 2. Sesampainya didalam apartement, Jiyoung merebahkan tubuhnya ke ranjang dan matanya menerawang langit-langit kamarnya yang tak bermotif. Ia mendesah. Sepertinya hari ini berjalan begitu panjang dan benar-benar melelahkan. Jika setiap harinya Jiyoung hanya mengatarkan susu dan koran lalu berangkat sekolah dan pulang, hari ini rasanya Jiyoung bukan hanya sekolah, tetapi juga harus memanjat gedung atap sekolahnya dan membuat peluh serta keringat kelelahan membasahi tubuhnya.

Jiyoung menutup kedua kelopak matanya dan mencoba untuk tertidur, yeoja itu tidak mengganti seragamnya yang kotor sedari tadi di sekolah. Ia sudah tidak peduli dengan sekitarnya, yang ada dalam otaknya sekarang adalah lelah dan dia butuh tidur. Hanya itu.

Jiyoung hampir saja terlelap dalam mimpinya jika suara gaduh diluar apartement-nya tidak membangunkannya.

Jiyoung mengerjapkan matanya berkali-kali mengembalikan kesadaran dirinya yang hampir hilang ½ nya dalam alam mimpi. Ia melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul 03.45 sore. Yeoja itu baru saja terlelap 30 menit dan suara gaduh diluar sana membangunkannya.

Damn. Tidak bisakah Jiyoung beristirahat hanya sebentar saja? Hari ini dia sudah sangat lelah dan ia butuh ketenangan.

Jiyoung berusaha acuh dengan kegaduhan diluar sana dan kembali memejamkan matanya. Tapi suara benda berat terjatuh dan suara omelan seorang namja semakin menambah kegaduhan yang terjadi di luar sana. Mau tidak mau akhirnya Jiyoung bangun dan berjalan menuju pintu utama apartement-nya.

Ia membuka sedikit pintunya dan mengintip dari celah-celah pintu melihat apa yang sedang terjadi. Jiyoung membulatkan matanya bingung saat dilihatnya banyak sekali barang-barang berkardus didepan pintu apartementnya.

Jiyoung yang sebenarnya hanya ingin sekedar mengintip saja, akhirnya membuka pintu apartement-nya lebar-lebar dan berjalan keluar.

Dilihatnya beberapa lelaki paruh baya yang bisa dipanggil dengan sebutan Ahjussi sedang menggotong barang-barang berkardus itu kedalam pintu apartement disebelahnya.

Jiyoung mengerutkan alisnya bingung dan bertanya pada salah satu Ahjussi yang berdiri tidak jauh darinya, “Ahjussi ada apa ini?”

Si Ahjussi yang memakai seragam senada satu sama lainnya tersenyum menanggapi pertanyaan Jiyoung, “Itu Agasshi, kita sedang mengangkat barang-barang ini ke sebelah. Tetangga baru anda baru saja pindahan, Agasshi.”

Jiyoung menautkan alisnya. Ia baru sadar kalau selama beberapa bulan yang lalu apartement sebelahnya selalu kosong tidak berpenghuni, pantas saja dulu keadaan di sekitar apartement-nya benar-benar damai dan tenang. Berbeda dengan sekarang.

“Siapa yang pindah disana Ahjussi? Apa sepasang suami-istri yang baru saja menikah?” tanya Jiyoung penasaran dan menerka-nerka.

Anniyo.” Si Ahjussi menggeleng cepat. “Dua orang namja yang sepertinya seusia dengan Agasshi yang tinggal disana. Ah… seragamnya juga sama dengan yang Agasshi kenakan.”

Jiyoung melihat tubuhnya yang masih berbalut seragam sekolah. Wah, daebak. Dua orang namja tinggal disebelah apartement-nya? Dan satu sekolah dengannya? Bukankah ini keberuntungan? Berarti sekali-sekali Jiyoung bisa berangkat sekolah bersama dengan mereka kalau ia tidak sedang mengantar susu dan koran kan? Sepertinya Jiyoung harus mulai menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga sebelahnya. Pikir Jiyoung dan tersenyum kecil.

“Hey, kau sedang apa? Cepat bantu kami!” seru Ahjussi lainnya pada Ahjussi yang sedari tadi mengobrol dengan Jiyoung.

Si Ahjussi tersenyum pada Jiyoung dan membungkukkan kepalanya sedikit dan disambut dengan bungkukkan badan Jiyoung juga. Kemudian si Ahjussi kembali bekerja dan Jiyoung kembali masuk kedalam apartement-nya.

–=-=-=–

Jiyoung menata rambut sebahunya serapih mungkin. Polesan tipis bedak sudah mewarnai pipi pink cherry-nya. Jiyoung mengenakan kaos abu-abu yang sedikit kebesaran dengan rok diatas lutut berwarna pink. Satu ranjang buah-buahan sudah ada ditangan Jiyoung. Kini yeoja itu sedang berdiri di apartement bernomor 77 yang terletak bersebelahan dengan apartemen Jiyoung yang bernomor 78. Jiyoung sedang bermaksud menyapa tetangga barunya dan mempererat tali silaturahmi diantara para penghuni apartement.

Jiyoung mengetuk pintu apartement pelan. Yeoja itu memilih untuk tidak menekan tombol bel, karena baginya suara bel itu sangat mengganggu pendengaran dan  ia paling tidak suka. Jadi ia memutuskan untuk melakukan kebiasaanya itu pada pintu apartement yang kini ada dihadapannya.

Cukup lama Jiyoung mengetuk pintu itu dan tak ada yang membukakannya. Akhirnya Jiyoung menyerah dan memutuskan untuk berbalik pulang menuju apartementnya. Mungkin si penghuni apartement sebelah sedang sibuk bebenah tempat tinggalnya, atau sedang tidak ada dirumah makanya tidak membukakan pintu. Begitu pikir Jiyoung.

Tapi tiba-tiba seseorang membuka pintu apartement itu dan melihat punggung Jiyoung yang sedang berjalan menjauh.

“Permisi Agasshi, apa kau yang mengetuk pintu apartement kami?” tanya sebuah suara namja dari arah belakang.

Jiyoung menghentikan langkahnya dan tersenyum sebelum akhirnya ia berbalik antusias menatap namja yang memanggilnya. Tapi… senyum yang baru saja menghias bibir Jiyoung seketika menghilang dan berganti ekspressi terkejut begitu ia melihat namja yang memanggilnya. Lee-Tae-Min-!

“K-kau! Kenapa bisa ada disini!” teriak keduanya bersamaan.

Jiyoung berfikir sejenak. Beruntung otaknya masih dapat bekerja dengan cepat saat ini. Lee Taemin keluar dari sebelah apartement-nya? Bukankah itu berarti namja itu tinggal disana? Mengingat si Ahjussi tadi sore mengatakan yang tinggal di apartement itu adalah 2 orang namja seusianya, ada kemungkinan itu adalah Choi Lee brother –si Lee Taemin dan Choi Minho. Aiissshh…. Kenapa otak Jiyoung baru bisa menyadarinya sekarang? Memalukan! Hampir saja ia berkunjung di apartement namja yang dibencinya itu, kalau saja namja itu membuka pintu apartement lebih cepat dan memergokinya.

“Aku tinggal disini. Lalu kau?” ucap Jiyoung santai setelah beberapa saat ia bergelut dalam pikirannya sendiri.

“Kau tinggal disini? Mana mungkin!” seru Taemin tak percaya.

Waeyo? Apa kau tinggal disini juga? Disitu? Di apartement jelek dan kecil itu?” Jiyoung berdecak sambil menunjuk pintu dimana Taemin sedang berdiri. Yeoja itu mengeluarkan ekspressi seperti menertawai seorang Lee Taemin –yang dipikirnya orang kaya raya, tapi nyatanya tinggal ditempat sederhana sama seperti dirinya sekarang.

Taemin menelan ludahnya. Entah siapa yang memergoki siapa sekarang, rasanya kali ini harga diri Taemin yang sedikit ternodai, mengingat ia yang sudah termasuk golongan namja populer disekolahnya ternyata bertempat tinggal ditempat seperti ini.

“Memangnya kenapa kalau aku tinggal disini, eoh? Masalah?” Taemin berusaha menyingkirkan rasa gengsinya.

Tentu saja masalah. Itu yang hendak Jiyoung ucapkan, tapi ia urungkan, “Masa bodoh!” Jiyoung memalingkan pandangannya.

Nuguya, Taemin-ah?” seseorang keluar dari balik pintu yang sama dengan Taemin dan memandang Jiyoung ‘agak’ terkejut, tapi sedetik kemudian ia tersenyum manis, “Oh Kang Jiyoung-ssi? Yeoja di kantin tadi siang kan? Kenapa kau ada disini?” tanya namja yang tidak lain tidak bukan adalah Choi Minho.

Jiyoung menatap Minho dingin, tapi yang ditatapnya malah tersenyum manis kepadanya. Kenapa namja itu malah tersenyum? Apa ada yang lucu? Hey, tapi dia mengingat namaku? Bukankah itu hebat? Ia mengingatku!

“Apa kau datang berkunjung ke tempat tinggal kami?” tanya Minho lagi sambil menatap keranjang buah-buahan yang Jiyoung pegang.

Jiyoung menyadari ia sedari tadi menggenggam keranjang buah-buahan. Sial. Jangan sampai niat sebelumnya diketahui oleh Choi Minho. Sungguh memalukan.

“Aku? Mana mungkin. Lucu sekali!” Jiyoung berdecak. Kemudian ia bergegas memalingkan wajahnya dan kembali masuk kedalam apartement bernomor 78 tempat tinggalnya.

Minho dan Taemin saling melempar pandang dengan tatapan bingung, “Kenapa dia masuk kesana? Dia tinggal disana?” tanya Minho tidak percaya.

“Hm, sepertinya begitu, hyung.”

Hening sesaat, hingga, “Hhhh….” Keduanya mendesah bersamaan.

Begitupun dengan Jiyoung yang sedang menyandarkan punggungnya dibalik pintu apartement, ia mendesah dan mengacak rambutnya kesal.

“Arrgghh….”

–=-=-=–

TO BE CONTINUE

–=-=-=–

A/N: Annyeong yorobun~ aku bawa FF baru lagi nih –padahal FF yang sebelumnya aja belom selesai. Hehe :p Kali ini pair nya Minho-Jiyoung-Taemin. Ayo siapa yang suka pair Minho-Jiyoung sama Jiyoung-Taemin? Kalau ada yang suka, berarti ini FF special buat kalian 🙂

Kali ini cerita FF-nya pasti pasaran banget deh yaa, karena ceritanya tentang School Life gitu dan kisah percintaan yang klasik banget. Tapi biar aja deh, soalnya aku mendadak lagi suka School Life gitu, berasa aku sendiri masih sekolah SMA gitu. Haha XD *lupa umur.

Okeee deh, yang udah baca FF ini dimohon tinggalkan komennya, bagaimana pendapat kalian? Aku tunggu ya komennya~ 😀

9 komentar di “The Boys Next Door [Part – 1]

  1. Wah, ini ff baru ya unn? Aku baru baca..
    Suka bgt ceritanya ttg skolahan, simple tp kereeeen..
    Ditunggu lanjutannya ya unni *trutama yg my younger husband nya* Hehe :p

  2. wah berkunjung k’blog pribadi kmu eon,,ktmu ff jimin,,hehehe^^
    jdiin jimin aja yah,,kan minho udah ama seungyeon,,,hehehe#bnyakpengennya

  3. Ceritanya lagi nungguin A Thousans Years Promise sambil jalan-jalan di wordpressmu hehe. Aku suka cerita ini, fresh banget. Waktu baca summary-nya, aku kira sikap Taemin bakal kayak biasa jadi cowok kalem penuh senyum dan bikin Jiyoung meleleh taunya jutek minta ampun. Tapi agak aneh deh kok Taemin kayak benci bgt sama Jiyoung. Minho selalu jadi pangeran berkuda putih hahaha.
    Ini bakal diupdate gak? 😦

  4. Simple dan keren. Udah ga sabar nunggu lanjutannya. Apa jiyoung nanti pacaran sama siapa ya… Taemin or Minho??? Menurutku cocok sama Taemin deh….. Di tunggu lanjutannya

Tinggalkan komentar